Selasa, 08 Maret 2011

Budidaya Talas

PENDAHULUAN
 Talas (Calocasia esculenta L. Schott), merupakan tanaman umbi-umbian sumber karbohidrat  yang banyak digemari masyarakat. Selain sebagai sumber karbohidrat non beras yang terkandung dalam umbi, daun talas juga mengandung protein. Kandungan protein daun talas lebih tinggi dari umbinya. Pada talas bogor, talas semir dan bentul kandungan protein kasar berat kering daun adalah 4,24%-6,99% sedangkan umbinya sekitar 0,54%-3,55% (Pinus Lingga, dkk., 1989).
Talas juga dapat diambil tepungnya dan bisa digunakan sebagai tepung terigu, di Philipina dan Kamboja talas dibuat kue, di Brazil dijadikan roti. Di Indonesia daun talas dapat dijadikan sayuran terutama di daerah pedesaan, makanan khas yang dibuat dari daun talas adalah buntil. Pengunaan talas yang lain adalah sebagai obat tradisional. Bubur akar rimpang talas dipercaya sebagai obat encok, cairan akar rimpang juga digunakan untuk obat abses, sedangkan getah daun talas sering digunakan untuk menghentikan perdarahan dan obat bengkak. Kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram umbi talas seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Gizi Umbi Talas (dalam 100 gram umbi talas)

No
Jenis Gizi
Kandungan
Jumlah
Satuan
1.        
Kalori
98
kal
2.        
Protein
1,9
gr
3.        
Lemak
0,2
gr
4.        
Karbohidrat
23,7
gr
5.        
Calsium
28
mg
6.        
Phosfor
61
mg
7.        
Ferrum (besi)
1
mg
8.        
Vitamin A
20
ai
9.        
Vitamin B1
0,13
mg
10.    
Vitamin C
4
mg
11.    
Air
73
g
12.    
Bagian yang     
dapat
dimakan
85
%
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, Direktorat Gizi Departemen Kesehatan 1981 dalam Departemen Pertanian 1997

 Talas semir merupakan talas unggulan di Kabupaten Sumedang, komoditi ini  memiliki potensi untuk dikembangkan baik dalam rangka agribisnis maupun diversifikasi  pangan. Talas ini digemari konsumen karena rasa umbinya yang enak, dan dapat dikonsumsi menjadi aneka olahan pangan seperti kripik talas, talas rebus dan talas goreng.

TEKNIK BUDIDAYA
A. PENYIAPAN BIBIT
Talas semir diperbanyak secara vegetatif dengan tunas/anakan/sulur yang keluar dari umbi atau potongan umbi. Bibit dikumpulkan dan dipilih dari anakan/sulur yang tumbuh disekitar tanaman induk yang telah berumur 5-7 bulan yaitu tunas kedua dan ketiga.  Anakan atau sulur yang telah dipisah dari umbi induk tidak langsung ditanam dilapangan, tetapi ditanam dipersemaian. Tempat pesemaian pada umumnya tanah-tanah lembab di pinggir kolam, lahan sawah dll. Pemindahan bibit dari pesemaian pada umumnya  dilakukan setelah bibit berdaun 2-3 lembar.
Bibit talas dari pesemaian digali, akarnya dikurangi sebagian dan daun dipotong sehingga tinggal daun  termuda  yang masih kuncup. Bagian bawah umbi dipotong, dengan menyisakan umbi dipangkal batang, bersama  dengan akar akarnya.  Bibit talas yang baik adalah umbi yang memiliki diamater lebih besar dari 65 mm.
a.       Besar, garis tengah umbi lebih dari 65 mm
b.      Sedang, garis tengah umbi antara 51-60 mm
c.       Kecil, garis tengah umbi kurang dari 45 mm
 Gambar 1 : Tiga macam ukuran bibit talas

B. PENGOLAHAN TANAH
Talas ditanam pada musim kemarau di sawah, dan di  tegalan atau pekarangan pada musim penghujan. Lahan yang akan ditanami dicangkul dulu sebaik mungkin atau dibajak.  Setelah dicangkul atau dibajak, tanah dihaluskan lagi dengan pencangkulan yang kedua.  Saluran pembuangan dibuat sepanjang tepi dengan memotong bagian tengah lahan.  Ini perlu untuk membuat lahan  menjadi kering serta memudahkan pembuangan air jika berlebihan.  Persiapan lahan dan lubang tanaman dilakukan 1 – 2 minggu sebelum tanam.
C. PENANAMAN
Penanaman talas semir pada umumnya dilakukan awal musim  penghujan. Bibit ditanam pada lubang tanaman  ukuran 30 x 30 x 30 cm.  Pada lubang tanaman ditambahkan pupuk kandang yang sudah matang dan dicampur bersama tanah.  Bibit ditaman pada  lubang pertanaman yang sudah disiapkan dalam guludan, jarak tanam 100 x 50 cm, 75 x 75 cm atau 100 x 25 cm dan diantara guludan dibuat parit draenase dengan ukuran 30 x 30 cm.  Jumlah bibit yang diperlukan tergantung dari jarak tanam  yang digunakan .  Untuk pertanaman  dengan jarak tanam 100 x 100 cm diperlukan sekitar 10.000 bibit, sedangkan 75 x 75 cm sebanyak 18.000 bibit.

D. PEMELIHARAAN
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan paling lambat tanaman berumur 15 hari setelah penanaman.  Penyulaman dilakukan sesegera  mungkin agar perkembangan tanaman  bisa seragam dan panen dilakukan pada waktu yang sama.  Bibit yang digunakan untuk penyulaman berukuran sama dengan bibit yang digunakan sebelumnya
2. Penyiangan/pembumbunan
Penyiangan dilakukan apabila populasi gulma sudah cukup tinggi dan diperkirakan dapat menyebabkan penurunan hasil serta menjadi sumber infeksi hama/ penyakit.  Pembumbunan dilakukan secara bertahap setiap bulan sampai fase berumbi, agar diperoleh umbi yang besar dan bermutu.  Apabila anakan/tunas banyak yang tumbuh maka perlu dibuang sebagian.  Sebaiknya hanya ditinggalkan 1-2 tunas saja per rumpun tanaman agar pertumbuhannya baik.

 3. Pengairan
Pada lahan kering budidaya talas semir umumnya dilakukan   pada musim  penghujan, sehingga harus dijaga agar lahan tetap  dapat membuang air secara tuntas.  Oleh karena itu pada setiap bedengan perlu dibuat parit draenase disekeliling dan bagian tengahnya.
Pada penanaman yang dilakukan musim kemarau di sawah, talas  diairi dengan cara penyiraman dan pengairan atau dengan cara menggenangi lahan selama  semalam, kemudian air dibuang melalui parit draenase.  Pemberian air dilakukan satu dua hari sebelum atau  sesudah  pemberian  pupuk buatan.
4. Pemupukan
Pupuk organik yang digunakan  berupa kompos dan atau pupuk kandang  sebanyak 1 kaleng/lubang tanaman.  Pupuk Urea, TSP/SP-36 dan KCl diberikan berturut-turut dengan dosis 100 kg, 120 kg dan 100 kg/ha.  Separuh pupuk itu diberikan pada waktu tanam dan separuh lagi diberikan  pada waktu berumur 3-4 bulan .  Pupuk ini umumnya diberikan dengan cara ditugal pada jarak   5 cm dari tanaman sedalam 5 cm.  Dosis pemupukan dapat dilihat pada table 2.
       Tabel 2. Dosis Dan Waktu Pemberian Pupuk  Pada Tanaman Talas.

Jenis
Dosis (Kg/Ha)
Jumlah Pupuk
Dasar ( 0 HST)
(Kg/ha)
Susulan (3-4 bulan HST) (kg/ha)
Urea
100
50
50
TSP-SP 36
120
60
60
KCl
100
50
50
Kompos/Pupuk Kandang
1. kaleng/ lubang
1. kaleng/ lubang


5. Pengendalian OPT
Secara umum talas semir relatif tidak banyak mendapat gangguan OPT sehingga petani melakukan pengendalian OPT dengan cara yang sangat sederhana bahkan hampir tidak pernah menggunakan pestisida.
a. Hama
Hama yang banyak menyerang tanaman talas adalah ulat (lundi) yang merusak perakaran dan kulit luar umbi. Tanaman yang terserang menunjukan gejala layu daun. Pengendalian cara mekanis dilakukan pada saat membumbun dengan mencari dan membunuh ulat satu persatu.
b. Penyakit
Penyakit yang biasa menyerang talas adalah bercak daun.  Permukaan atas daun yang terserang kelihatan bercak-bercak coklat, kemudian secara perlahan-lahan tanaman menjadi kering.  Pengendalian dilakukan dengan cara  membuang bagian yang terserang dan membakarnya atau menggunakan fungisida.
PANEN
Talas sudah dapat dipanen umur 6 – 7 bulan, yang ditandai dengan mengeringnya daun.  Pemanenan dilakuan dengan cara memangkas daun dan menyisakan pelepah sepanjang 30 cm, kemudian dibongkar dengan cara menggali tanah di sekitarnya.
Pembongkaran tanaman dilakukan dengan hati- hati agar umbi tidak terluka. Apabila umbi terluka akan mempercepat kerusakan hasil pada saat disimpan.  Umbi kemudian dibersihkan dari tanah dan akar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar