Senin, 21 Maret 2011

Budidaya Burung Walet

PENDAHULUAN
1. SEJARAH SINGKAT

Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dansuka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran  tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung  ini tidak pernah hinggap di pohon.

Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit- langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.

2. SENTRA PERIKANAN

Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa  Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah


3. JENIS

Klasifikasi burung walet adalah sebagai berikut:
Superorder : Apomorphae
Order : Apodiformes
Family : Apodidae
Sub Family : Apodenae
Tribes : Collacaliini
Genera : Collacalia
Species : Collacaliafuciphaga


4. MANFAAT

Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari  air liurnya  (saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat bermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk
menyembuhkan paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah  tenaga.


5. PERSYARATAN LOKASI

Persyaratan lingkungan lokasi kandang adalah:
1) Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
2) Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat.
3) Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
4) Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat.


6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Suhu, Kelembaban dan Penerangan

Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan  penerangan yang mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-95 %.

Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk "L" yang berjaraknya 5 m satu  lubang, berdiameter 4 cm.
d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
e. Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang
berbentuk corong
dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam
gedung akan
lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.

2) Bentuk dan Konstruksi Gedung

Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya  bervariasi dari 10x15 m2 sampai 10x20 m2. Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah
walet dan lebih disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi.

Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari  campuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran  pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semen dapat disirami air setiap hari.

Kerangka atap dan sekat tempat melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayu- kayu yang kuat, tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat.  Atapnya terbuat dari genting.

Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat  berputar- putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang.
Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20x20 atau 20x35 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding
lubang dicat hitam.

6.2. Pembibitan

Umumnya para peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja. Banyaknya burung walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh para peternak tersebut. Untuk memancing burung agar lebih banyak lagi, pemilik rumah menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burung Walet. Ada juga yang melakukan penumpukan jerami yang menghasilkan serangga-serangga kecil sebagai bahan makanan burung walet.

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang di dalam gedung baru. Cara untuk memancing burung sriti agar masuk dalam gedung baru tersebut dengan menggunakan kaset rekaman dari wuara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan pada jam 16.00­18.00, yaitu waktu burung kembali mencari makan.

2) Perawatan Bibit dan Calon Induk

Di dalam usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk ditetaskan pada sarang burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik gedung walet yang sedang melakukan "panen cara buang telur". Panen ini dilaksanakan setelah burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur walet diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam panen ini dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak populasi burung walet dengan menetaskannya di dalam sarang sriti.

a. Memilih Telur Walet
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :
- Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0­5 hari.
- Putih kemerahan, berumur 6­10 hari.
- Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10­15 hari.
Telur walet berbentuk bulat panjang, ukuran 2,014x1,353 cm dengan berat 1,97 gram. Ciri telur yang baik harus kelihatan segar dan tidak boleh menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai
kantung udara yang relatif kecil. Stabil dan tidak bergeser dari  tempatnya. Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur di atas dilakukan
dengan peneropongan.

b. Membawa Telur Walet
Telur yang didapat dari tempat yang jaraknya dekat dapat berupa telur yang masih muda atau setengah tua. Sedangkan telur dari jarak jauh, sebaiknya berupa telur yang sudah mendekati menetas. Telur disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm. Spon dimasukkan ke dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup.
Guncangan kendaraan dan AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki angka kematian hampir 80% sedangkan telur tua lebih rendah.

3) Penetasan Telur Walet

a. Cara menetaskan telur walet pada sarang sriti.

Pada saat musim bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti dengan telur walet. Pengambilan telur harus dengan sendok plastik atau kertas tisue untuk menghindari kerusakan dan pencemaran telur yang dapat menyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya. Penggantian telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan.

Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetas akan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta mencari makan.


b. Menetaskan telur walet pada mesin penetas

Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air
didalam cawan tersebut tidak habis.

Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata dan jangan tumpang tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga
dilakukan peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati dibuang. Embrio mati tandanya dapat terlihat pada bagian tengah telur terdapat lingkaran darah yang gelap. Sedangkan telur yang
embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12.

Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13­15 hari telur akan menetas.

6.3. Pemeliharaan

1) Perawatan Ternak

Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anak walet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut (kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2­3 hari anak walet
ini masih memerlukan pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu, temperatur boleh diturunkan 1­2 derajat/hari dengan cara membuka lubang udara mesin.

Setelah berumur ± 10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan ditengah atau pojok kotak.

Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian dletakan dalam rak untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak
waket akan dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang walet dewasa.

2) Sumber Pakan

Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri. Makanannya adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Untuk mendapatkan  sarang walet yang memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan makanan tambahan terutama untuk musim kemarau. Beberapa cara untuk menghasilkan serangga adalah:
a. menanam tanaman dengan tumpang sari.
b. budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
c. membuat kolam dipekarangan rumah walet.
d. menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.

3) Pemeliharaan Kandang

Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk di lantai harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam karung dan disimpan di gedung.


7. HAMA DAN PENYAKIT

1) Tikus
Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat
menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan
menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu
yang
akan digunakan untuk sarang tikus.

2) Semut
Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung
walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi
umpan
agar semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah
itu
semut disiram dengan air panas.

3) Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil
dan
tidak sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida,
menjaga kebersihan dan membuang barang yang tidak diperlukan
dibuang
agar tidak menjadi tempat persembunyian.

4) Cicak dan Tokek
Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan
anak
burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang
ditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan
dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan dengan membuat
saluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian luar
dibuat licin
dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.


8. PANEN

Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya
sudah
memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan
ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu
sarang walet
yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal
bagi
gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet
merasa
tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut,
para
pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.

Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet
dengan beberapa cara, yaitu:

1) Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur,
tetapi
pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai
keuntungan
yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan
total
produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini
tidak
baik dalam pelestaraian burung walrt karena tidak ada peremajaan.
Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang
sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot
menjadi
kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi
pemacuan
waktu untuk membuat sarang dan bertelur.

2) Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur
dua
butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola
ini
mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen
hingga
4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna
dan tebal.
Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk
menetaskan telurnya.

3) Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas
dan
sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena
sudah
mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya
adalah burung walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman
sehingga polulasi burung dapat meningkat.

Adapun waktu panen adalah:

1) Panen 4 kali setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang
dihuni
dan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama
dilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panen
selanjutnya dengan pola buang telur.

2) Panen 3 kali setahun
Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah
berjalan
dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai
yaitu,
panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola
rampasan
dan buang telur.

3) Panen 2 kali setahun
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya
untuk
memperbanyak populasi burung walet.


9. PASCAPANEN

Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan
dan
penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari
kotoran-
kotoran yang menempel yang kemudian dilakukan pemisahan antara
sarang
walet yang bersih dengan yang kotor.


10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1 Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya burung walet di daerah Jawa Barat tahun
1999:

1) Modal tetap
a. Gedung
Rp. 13.000.000,-
b. Renovasi gedung
Rp. 10.000.000,-
c. Perlengkapan
Rp. 500.000,-
Jumlah modal tetap
Rp. 23.500.000,-
Biaya penyusutan/bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bln ( 5 th)
Rp. 391.667,-

2) Modal Kerja
a. Biaya Pengadaan
- Telur Walet 500 butir @ Rp. 5.000,-
Rp. 500.000,-
- Transportasi
Rp. 100.000,-
- Makan
Rp. 50.000,-
b. Biaya Kerja
- Pelihara kandang/bln@ Rp. 5000,- x 3 bln
Rp. 15.000,-
- Panen
Rp. 20.000,-
Jumlah biaya 1x produksi:Rp. 650.000,-+Rp. 35.000,- Rp.
685.000,-

3) Jumlah modal yang dibutuhkan pada awal Produksi
a. Modal tetap
Rp. 13.500.000,-
b. Modal kerja 1x Produksi
Rp. 685.000,-


Jumlah modal
Rp. 14.185.000,-

4) Kapasitas produksi untuk 5 tahun 1 kali produksi :
a sarang burung walet menghasilkan 1 kg
b sarang burung sriti menghasilkan 15 kg
c untuk 1 tahun, 4 kali produksi, menghasilkan :
- sarang burung walet 4 kg
- sarang burung sriti 60 kg
d untuk 5 tahun, 20 kali produksi, menghasilkan :
- sarang burung walet 20 kg
- sarang burung sriti 300 kg

5) Biaya produksi
a. Biaya tetap per bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bulan
Rp. 391.667,-
b. Biaya tidak tetap
Rp. 685.000,-
Total Biaya Produksi per bulan
Rp. 1.076.667,-
Jumlah produksiRp.1.076.667:16 kg (walet dan sriti)
Rp. 67.292,-

6) Penjualan
a. sarang burung walet 1 kg
Rp. 17.000.000,-
b. sarang burung sriti 15 kg
Rp. 3.000.000,-
Untuk 1 kali produksi
Rp. 20.000.000,-
Untuk 5 tahun
a. sarang burung walet 20 kg
Rp. 340.000.000,-
b. sarang burung sriti 300 kg
Rp. 60.000.000,-
Jumlah penjualan
Rp. 400.000.000,-

7) Break Even Point
a. Pendapatan selama 5 Tahun
Rp. 400.000.000,-
b. Biaya produksi selama 5 th Rp. 1.076.667 x 60 bln
Rp. 64.600.000,-
c. Keuntungan selama 5 tahun
Rp. 335.400.000,-
d. Keuntungan bersih per produksi 335.400.000 : 60 bln
Rp. 5.590.000,-
e. BEP
232.919

8) Tingkat Pengembalian Modal 3 bulan (1 x produksi)


10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Sarang burung walet merupakan komoditi ekspor yang bernilai tinggi.
Kebutuhan akan sarang burung walet di pasar internasional sangat
besar dan
masih kekurangan persediaan. Hal ini disebabkan oleh masih kurang
banyaknya budidaya burung walet. Selain itu juga produksi sarang
walet yang
telah ada merupakan produksi dari sarang-sarang alami. Budidaya
sarang
burung walet sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik dan
intensif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar